1 comments

Kepuak Pakaian Khas Dayak Terbuat dari Kulit Kayu

Published on Kamis, 29 Desember 2011 in




Kepuak Pakaian Khas Dayak Terbuat dari Kulit Kayu

Kepuak Pakaian Khas Dayak Terbuat dari Kulit Kayu


Ratusan tahun lalu, masyarakat Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) membuat busana dengan bahan dasar kulit kayu. Pakaian itu biasa disebut Kepuak. Proses pembuatannya dimulai dari kulit kayu pohon keras yang dihaluskan dengan cara dipukul menggunakan palu kayu hingga lemas seperti kain. Setelah dianggap halus kulit kayu itu dipotong untuk dibuat baju dan celana.
Model busananya sangatlah sederhana dan semata fungsional. Bajunya berupa rompi tanpa hiasan apapun. Rompi sederhana ini dalam bahasa Ngaju disebut sangkarut. Celananya adalah cawat berbentuk persegi panjang. Busana itu berwarna coklat muda, warna asli kulit kayu, tidak diberi hiasan, tak pula diwarnai, sehingga kesannya sangat alamiah.
Perlahan, seiring mengalirnya waktu dan berbaurnya berbagai budaya, perkembangan estetika kehidupan masyarakat Dayak mulai bergeser.Mereka yang awalnya menggunakan pakaian dari kulit kayu kini mulai beralih menggunakan pakaian dari kain.Awalnya kain yang digunakan terbuat dari tenunan serat alam yang kasar. Namun, semakin lama, kain tenun menjadi lebih halus. Desain yang mulanya hanya sekadar fungsional, kini mulai memperhatikan estetika dan keindahan.
Sayangnya, seiring perkembangan zaman yang semakin modern, pakaian khas suku Dayak itu mulai ditinggalkan. Masyarakat Dayak hampir semuanya beralih kepakaian modern, kecuali sebagaian dari mereka yang menetap di daerah pedalaman.Mulai hilangnya pengguna pakaian khas Dayak membuat perajinnya pun semakin hari semakin berkurang. Bahkan hampir bisa dikatakan telah langka.
Akan tetapi, kepunahan pengguna pakaian Dayak tidak memudarkan kecintaan Siti Fatimah, warga Jalan Tani Makmur, Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), terus menciptakan busana adat khas suku Kalteng tersebut. Sejak usia 12 tahun, ibu dua anak ini telah belajar membuat baju Dayak. Keahliannya itu ditularkan ibunya.
Kini, meski telah berusia 38 tahun, Siti tetap berusaha melestarikan budaya itu. "Dalam waktu satu bulan saya dapat menyelesaikan tiga stel baju adat yang terbilang rumit ini," tuturnya. Karena kecintaannya terhadap pakaian dayak sangat besar, perempuan berbadan sedang itu berniat menurunkan keahliannya kepada putri sulungnya yang kini berusia 8 tahun.
Menurut Siti, tradisi untuk mewariskan ilmu membuat pakaian adat sangat penting. Tradisi ini, telah menjadi kewajiban seorang perempuan di dalam keluarga Dayak. "Perempuan harus bisa membuat pakaian adat, sedangkan tugas pria sebagai kepala keluarga harus bisa melindungi keluarganya dalam segala situasi serta memberi nafkah," katanya. Tanpa disangka, keahlian Siti ternyata menjadi ladang uang bagi keluarganya. Hal ini karena sebagian besar rumah model di Kobar mengandalkan karya Siti sebagai pelengkap koleksi model mereka. Siti menghargai satu stel karyanya sekitar Rp300 ribu. Harga yang cukup murah untuk karya yang mulai langka. (Thomas Andho Meinardo/B-3)

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

1 Response to Kepuak Pakaian Khas Dayak Terbuat dari Kulit Kayu

21 Juli 2012 pukul 06.08

luar biasa bangsaku

Add Your Comment

About

About This Blog

Lorem Ipsum

Label

Follow Me

Bloggers Community

GuestBook

Reader Community

Search

Diberdayakan oleh Blogger.